TUMBUHKAN KARAKTER MELALUI NASEHAT DIRI (Refleksi bagi guru di Era Digitalisasi)
Oleh : Romadhon AS (Sekretaris Pusat Studi Pancasila dan Multikultural (PSPM) Unikama)
Dalam setiap perjalanan, saya tak banyak mengelola waktu dlm perjalanan itu sendiri. Hanya bisa menyiapkan seadanya. Bagi saya yg terpenting buku dan charge menjadi hal utama dr pd perlengkapan lainnya. Kendati demikian, dlm perjalanan tak seperti yg saya bayangkan. Suasana full musik, 'guyonisasi' kerap kali kita temui dlm perjalanan. Saya tak begitu pengaruh dg suasana yg demikian itu.
Pada kesempatan ini, saya mencoba menuliskan apa yg saya pikirkan dan saya baca. Apa lagi besok (25/11) secara serentak akan diperingati HUT PGRI ke 72. Setidaknya ini menjadi hari raya bagi guru indonesia. Peringatan yg tak hanya sekedar ceremonial belaka. Ada nilai refleksi yg perlu dipikirkan dlm era digital, terutama guru.
Guru yg selalu seksi ketika dibicarakan dan menelisik fenomena ruang guru itu sendiri. Entah, fenomena positif maupun lawannya. Apalagi fenomena digitalisasi terhimpit dg tuntunan seorang guru. Guru tak boleh Gagap Teknologi (gaptek), namun disisi lain, sekokah belum membuka diri akan perkembangan zaman. Siswa tidak boleh bawa HP, dilain sisi, guru justru menunjukkan keceriaan dg HP saat pembelajaran. Ketika siswa bertanya soal tsb. Guru malah merespon dg dalih suul adzab. Karena dipandang tak pantas pertanyaan itu bagi seorang siswa.
Sementara sekolah, terkesan 'cuci tangan' untuk menegaskan aturan yg tak hanya berlaku pada siswa saja. Sekolah harus tegas dg perilaku yg amoral. Bagaimana pun juga guru menjadi kunci utama dlam menumbuhkembangkan karekter. Guru yg berkarakter akan mudah menumbuhkan karakter siswa. Misal, jika guru mengajak anak mencintai literasi, harus dimulai dari gurunya. Dan begitu hal lainnya. Semua diawali dg 'action' kita, guru.
Berikut wasiat (nasehat) bagi guru di era digital, yg saya kutip dari group WhatsApp beberapa minggu lalu dg penulis yg belum jelas. Tapi tulisan menjadi refleksi mendalam bagi kita. Berikut wasiat/nasehat berharga untuk guru, antara lain; 1. Hendaknya tidak mengambil cuti sakit ketika engkau tidak sakit, sehingga tidak menggabungkan dua maksiat : kebohongan dan makan harta haram. 2. Terimalah murid² Anda dengan segala kesalahan mereka, karena mereka bukan malaikat, bukan pula syaitan.
Tidak ada alasan untuk lari dari meluruskan kesalahan² itu karena Anda adalah murabbi (pendidik). 3. Tunjukkan rasa hormat Anda kepada murid yang ada di hadapan Anda dengan cara menerangkan keutamaan mereka sebagai penuntut ilmu, karena akan mendekatkan jarak dalam menuju hati mereka. 4. Ingatlah bahwa banyak di antara orang² besar menjadi besar lantaran satu kata dari seorang guru yang melejitkan mereka dan memantik cita² mereka hingga menggapai puncak. Jadilah Anda pencetak orang² besar. 5. Perbagus cara interaksi Anda dengan para murid. Tinggalkan kesan yang baik pada diri mereka. Berapa banyak guru yg mendapat doa dari murid setelah bertahun² terlewati, atau setelah berada di liang kubur. 6. Semua mata pelajaran dapat dikaitkan dengan ajaran² Agama.
Tinggal bagaimana Anda mencari media yang tepat. 7. Setiap menit keterlambatan Anda dalam memulai pelajaran atau keluar sebelum waktu selesai, adalah hak murid, ia akan mengambilnya pada hari penghitungan amal. 8. Berapa banyak guru yang menjadi sebab lurusnya arah berpikir kaum muda sehingga ia mendapatkan doa² tulus dan kebaikan yang mengalir. 9. Di depan Anda ada generasi. Bangkitkan jiwa mereka, ajarkan cinta kepada ilmu, dan bangunkan semangat. Karena akan menjadi kebaikan untuk umat. 10. Rasa takut murid Anda terhadap Anda bukanlah pertanda keberhasilan dan keterampilan Anda dalam menegakkan kedisiplinan.
Itu hanya pertanda bahwa Anda gagal dlm memerankan pendidikan.
Pendidikan itu membawa ketegasan dan kasih sayang bukan menakut-nakuti 11. Syekh Utsaimin rahimahulloh membedakan antara pulpen inventaris kantor dan pulpen pribadi, karena takut makan barang haram. Lantas bagaimana dengan orang yang menghalalkan sesuatu yang lebih berharga daripada tinta? Yaitu waktu. 12. Ingatlah bahwa anda mempunyai anak yang diajar oleh guru² seperti Anda. Maka berbuat baiklah kepada anak orang niscaya Allah akan menyiapkan bagi anak Anda, guru² yang akan berbuat baik kepada mereka.
"Balasan sesuai dengan amal perbuatan." 13. Ikhlaskan niat untuk Ibadah.
Nasehat diatas, tentu ada yg pernah mengalami ada pula yg belum. Namun, realitas ini tak jauh dari ruang dedikasi kita sebagai pendidik. Tugas kita menumbuhkan karakter anak. Sebagaimana Bukik Setiawan menjelaskan dalam bukunya yg berjudul 'Anak Bukan Kertas Kosong' bahwa pendidikan itu bukanlah menanamkan, melainkan menumbuhkan. Pendidikan bukanlah mengubah beragam keistimewaan anak menjadi seragam, melainkan menstimulasi anak untuk menjadi dirinya sendiri. Pendidikan bukanlah proses memberi tekanan dari luar, melainkan menumbuhkan keistimewaan dalam diri anak. Pendidikan memfasilitasi tumbuh kembangnya keistimewaan anak agar menjadi orang yang mampu hidup mandiri dan bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya. Pendidikan yg menumbuhkan itu memanusiakan, proses yg membuat seorang anak menjadi manusia seutuhnya.
Mengakhiri tulisan ini, yg memang sengaja ditulis dlam perjalanan ke bali. Tentu tak sempurna yg pembaca bayangkan. Setidaknya aktivitas (menulis) menemani perjalanan yg membutuhkan waktu cukup melelahkan. Disaat yg lain tertidur, guyon, ngemil dan aktivitas lain yg mengarah pd menghibur diri, saya memilih untuk menghibur diri yg mungkin tak banyak orang lain lakukan saat perjalanan.
Sekali lagi, selamat HUT PGRI ke 72 dan Hari Guru Nasional 2017. Semoga momentum ini, tak melelahkan kita dlm dedikasi, dan tak menjadikan kita lengah dlm menumbuhkembangkan karakter anak.
Tour de Mbali, 24 November 2017
Guru Indonesia
Romadhon AS