Flash News
Diberdayakan oleh Blogger.
Mail Instagram Pinterest RSS
Siapa Romadhon?

Ragam Kontribusi Astra Agro Reduksi Efek Gas Rumah Kaca



Di hamparan hijau perkebunan sawit yang membentang, di sanalah kehidupan tumbuh, tidak hanya bagi tanaman, tetapi juga bagi jutaan manusia yang menggantungkan harapannya. Sinergi antara alam dan makhluk hidup di dalamnya telah menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan saling terikat satu sama lain.

Kelapa sawit sama seperti tanaman lain yang mampu menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen yang dibutuhkan bagi kehidupan. Adapun dalam buku Mitos vs Fakta Kelapa sawit yang diterbitkan oleh Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), ditemukan bahwa setiap hektar kebun sawit mampu menyerap 64 ton karbon dioksida setiap tahun dan menghasilkan oksigen sekitar 18 ton.

Kendati demikian, kelapa sawit seringkali dinarasikan sebagai tanaman yang memberikan dampak negatif bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Terutama dalam melepaskan efek gas rumah kaca (GRK) yang berdampak pada pemanasan global.

Satu hal yang perlu disadari ialah pemanasan global dapat berdampak terhadap perkebunan kelapa sawit. Misalnya adalah fenomena El-Nino yang menyebabkan cuaca panas ekstrem sehingga mengganggu produksi nasional pada 2023 dan berdampak panjang bagi produktivitas tanaman. Oleh sebab itu, perubahan iklim menjadi tantangan serius yang kini dihadapi masyarakat dunia dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk industri sawit seperti halnya sektor pertanian lainnya.

Gas rumah kaca mampu mengubah iklim karena menjadikan bumi seperti ‘rumah kaca’. Gas-gas ini menyerap energi dan memperlambat laju pelepasan energi ke luar angkasa. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan lainnya, mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyerap panas matahari dan juga berbeda lamanya bertahan di atmosfer. Ada yang cepat hilang, ada juga yang bertahan puluhan hingga ratusan tahun.

Secara alami, bumi punya sistem yang seimbang: jumlah energi yang masuk dari matahari sama dengan yang dipantulkan kembali ke luar angkasa. Ini menjaga suhu Bumi tetap stabil dan mendukung kehidupan. Namun, karena aktivitas manusia dan industri, jumlah gas rumah kaca di atmosfer semakin banyak. Akibatnya, lebih banyak energi panas yang terperangkap di atmosfer, yang membuat suhu bumi terus naik, inilah yang kita kenal sebagai perubahan iklim atau pemanasan global.

Misalnya pada industri kelapa sawit, seperti yang disebutkan dalam Journal of Natural Resources and Environmental Management untuk memenuhi kebutuhan pasar akan permintaan minyak nabati diperlukan upaya untuk peningkatan produktivitas tandan buah segar (TBS) di dalam perkebunan kelapa sawit.

Salah satunya dengan kegiatan ekspansi lahan dan intensifikasi pemupukan. Akan tetapi di sisi lain dampak negatif berupa peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup besar yang berdampak pada perubahan iklim.

PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) sebagai salah satu pelaku industri kelapa sawit ikut terdampak akibat perubahan iklim dan cuaca ekstrem, seperti penurunan produksi TBS Astra Agro yang terjadi belakangan ini akibat kekeringan panjang di tahun 2019 dan musim panas di akhir 2023 dan berlanjut hingga 2024.

Kesadaran akan pentingnya bisnis yang berkelanjutan telah mendorong Astra Agro menetapkan Sustainability Policy sejak 2015. Kebijakan tersebut telah mendorong seluruh insan Astra Agro senantiasa berupaya dan berkomitmen kuat dalam menjaga ekosistem lingkungan. Salah satunya komitmen perusahaan terhadap transparansi pengelolaan Teknologi dan Kemitraan Jadi Kunci Penekan Emisi karbon serta kontribusi dalam mereduksi Gas Rumah Kaca secara berkala untuk ikut berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim.

Saat ini pengukuran emisi GRK Astra Agro terdiri dari emisi scope 1 dan 2, yang berasal dari 46 anak perusahaan, terdiri dari kebun inti, pabrik pengolahan kelapa sawit, refinery, pabrik NPK blending, serta kantor pusat.

Astra Agro mencatatkan pencapaian kinerja lingkungan yang berhasil melampaui berbagai target Astra Agro Sustainability Aspiration 2030. Pemanfaatan energi terbarukan oleh Astra Agro telah mencapai 92,17%, sehingga membuahkan hasil pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 126,3 ktCO2eq.

Astra Agro berhasil mengurangi intensitas emisi pada tahun 2024 jika dibandingkan dengan tahun 2023, inisiatif ini akan memberikan dampak positif yang besar pada kinerja portfolio roadmap dalam mereduksi GRK dan menjalankan operasional di masa yang akan datang.

Pencapaian dan penurunan intensitas emisi ini hasil dari berbagai implementasi program  Beragam cara Astra Agro kurangi emisi gas rumah kaca  yang dilakukan Astra Agro di seluruh anak usahanya. Dalam rangka berperan aktif mendukung Nationally Determined Contribution tahun 2030 serta Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.

Astra Agro telah mengembangkan program Nature-based Solution (NbS) yang tidak hanya sebagai salah satu inisiatif untuk mereduksi karbon tetapi juga untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas ekosistem.

Hingga tahun 2024, Astra Agro telah melakukan penanaman tanaman hutan seluas 201 Ha dengan total pohon yang ditanam sekitar 173.240 pohon, tak hanya itu, Astra Agro juga melakukan upaya penghematan air melalui solar Water Management System (WMS) sebesar 200.000 liter dengan melakukan penggantian kapasitas pompa.

Dalam pengolahan limbah pun, Astra Agro terus menunjukan peningkatan, yakni jumlah limbah terolah dibandingkan dengan limbah yang dihasilkan untuk limbah padat B3 adalah 0,68%. Persentase tersebut naik dibandingkan tahun 2023 yang hanya sebesar 0,48%. Sedangkan untuk limbah cair B3 dibandingkan limbah yang dihasilkan sudah mencapai 100% baik di tahun 2024 maupun 2023.

Inisiatif lain yang dilakukan oleh Astra Agro ialah memanfaatkan limbah cair atau Palm Oil Mill Effluent (POME) yang kaya bahan organik menjadi energi baru terbarukan, hingga membangun fasilitas methane capture, serta mengurangi penggunaan baru bara dengan melakukan substitusi ke cangkang sawit.

Berdasarkan Journal of Natural Resources and Environmental Management, kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap timbulnya emisi GRK, karena pupuk memiliki unsur yang dapat mengakibatkan emisi GRK yaitu CO2 dan N2O. Padahal, pemberian pupuk merupakan hal yang harus dilakukan agar memperoleh produktivitas yang baik.

Untuk itu lah, Astra Agro berinisiasi mereduksi penggunaan pupuk kimia atau NPK dengan alternatif menggunakan produk pupuk buatan yang memanfaatkan penggunaan pupuk hayati ASTEMIC (Astra Efficient Microbe). Pupuk ini merupakan produk inovasi Astra Agro pertama berbasis mikroba spesifik pada areal mineral seluas 50.000 ha.

Seluruh langkah yang dilakukan Astra Agro dalam mereduksi GRK sejalan dengan inisiatif keberlanjutan dalam strategi perusahaan yakni Astra Agro Sustainability Aspirations 2030.

Inisiatif ini berfokus pada upaya-upaya dalam mengurangi efek gas rumah kaca, keberagaman dan lingkungan yang inklusi serta memastikan jalannya operasional perusahan memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, serta bagi bangsa pada umumnya, sesuai dengan misi prosper with the nations.

Bahkan upaya dan pencapaian Astra Agro ini dibuktikan melalui penghargaan yang baru-baru ini dianugerahi kepada Astra Agro, dalam ajang The Best Corporate Emission Reduction Transparency Award 2025. Astra Agro berhasil dinobatkan sebagai penerima Green Achievement Awards in Emission Reduction and Diamond Achievement in Emission Transparency.