Flash News
Diberdayakan oleh Blogger.
Mail Instagram Pinterest RSS
Siapa Romadhon?

Strategi Konten Saromben dan Portal Narasi dalam Menjangkau Audiens Lokal

Di tengah laju digitalisasi yang kian cepat, media lokal menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Mereka bukan hanya bersaing dengan media nasional yang punya sumber daya besar, tetapi juga harus menyesuaikan diri dengan perilaku konsumsi informasi generasi baru yang lebih dinamis, visual, dan cepat bosan. Dalam konteks ini, menarik untuk mengamati bagaimana media lokal seperti Saromben merancang strategi kontennya untuk tetap relevan, khususnya ketika dihadapkan dengan gaya naratif yang dibawa oleh media digital nasional seperti Portal Narasi.

Saromben, sebagai media lokal yang berakar kuat di daerahnya, memiliki keunikan tersendiri dalam menyampaikan berita. Sementara Portal Narasi, yang dikenal dengan pendekatan jurnalisme naratif, mampu menjangkau audiens muda lewat penyajian cerita yang menyentuh sisi emosional dan personal pembaca. Keduanya memiliki visi yang berbeda, tetapi beroperasi dalam lanskap digital yang sama, dan berusaha memikat audiens yang juga semakin selektif.




Mengenali Karakter Audiens Lokal

Langkah pertama yang diambil Saromben dalam menyusun strateginya adalah memahami betul siapa pembacanya. Berbeda dari media nasional yang audiensnya tersebar luas, Saromben lebih menargetkan masyarakat daerah dengan latar belakang sosial dan budaya yang spesifik. Di sinilah keunggulan media lokal terletak: kedekatan emosional dengan pembaca yang memungkinkan terbangunnya hubungan yang lebih personal.

Namun, seiring dengan bergesernya pola konsumsi informasi ke platform digital, Saromben mulai menghadapi tantangan baru. Audiensnya tidak lagi hanya membaca berita dari situs resmi atau surat kabar cetak, tetapi juga mengonsumsi informasi dari media sosial, aplikasi perpesanan, dan video singkat. Menyadari hal ini, Saromben tidak bisa lagi hanya mengandalkan kekuatan lokalitas; ia harus bertransformasi secara strategi maupun teknis.

Gaya Naratif Portal Narasi: Tantangan dan Inspirasi

Portal Narasi hadir dengan pendekatan berbeda. Alih-alih menyajikan berita secara kaku dan faktual, media ini menggunakan storytelling sebagai pendekatan utama. Berita tidak hanya diberitakan, tapi diceritakan, dengan tokoh, latar, konflik, dan emosi. Gaya ini terbukti berhasil menjangkau audiens muda yang lebih menyukai konten yang memiliki kedalaman personal.

Strategi ini menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap ekosistem media digital, termasuk media lokal seperti Saromben. Meski berasal dari latar yang berbeda, Saromben mulai mengadopsi beberapa unsur naratif dalam penyajian beritanya, tanpa mengorbankan kedalaman lokal yang menjadi ciri khasnya.

Misalnya, ketika memberitakan tentang nelayan lokal yang kehilangan mata pencaharian akibat perubahan iklim, Saromben tidak lagi hanya menulis laporan data dan kutipan. Mereka mulai menyoroti kisah si nelayan, kehidupan keluarganya, dan perasaan yang ia alami, sehingga berita terasa lebih dekat, hidup, dan menggugah.

Diversifikasi Format dan Platform

Salah satu perubahan penting dalam strategi konten Saromben adalah diversifikasi format. Tidak lagi terpaku pada teks panjang, mereka mulai memanfaatkan format video pendek, infografik, hingga carousel Instagram. Hal ini mengikuti jejak keberhasilan Portal Narasi yang sejak awal sudah lincah di berbagai platform, termasuk YouTube dan TikTok.

Namun, perbedaannya terletak pada konteks lokal yang tetap dijaga oleh Saromben. Jika Narasi sering mengangkat isu nasional dengan pendekatan human interest, Saromben lebih memilih cerita yang akrab dengan kehidupan masyarakat daerahnya. Keduanya berjalan sejajar, namun dalam ranah yang berbeda.

Menjaga Otoritas Lokal di Tengah Arus Digital

Meskipun adaptasi terhadap gaya konten digital sangat penting, Saromben tidak meninggalkan peran utamanya sebagai penjaga narasi lokal. Sering kali, media besar hanya singgah sesaat ke daerah untuk meliput isu besar, kemudian pergi. Di situlah peran Saromben menjadi penting, sebagai pihak yang terus mengikuti dinamika lokal dari hari ke hari, dari cerita kecil sampai yang besar.

Menariknya, banyak audiens lokal yang mulai mengapresiasi pendekatan ini. Mereka merasa terwakili secara lebih otentik dan mendalam dibanding liputan dari media nasional. Ini menunjukkan bahwa strategi konten yang ideal bukan sekadar mengikuti tren, melainkan menyesuaikan gaya dengan kekuatan masing-masing media.

Kolaborasi dan Komplementaritas

Alih-alih bersaing secara langsung, justru kolaborasi antara media lokal dan nasional bisa menghasilkan sinergi yang positif. Beberapa waktu lalu, Saromben sempat berkolaborasi dengan media nasional untuk liputan bersama terkait konflik agraria. Dalam kerja sama itu, Saromben menyumbangkan konteks lokal dan akses komunitas, sementara media nasional menyumbangkan jangkauan dan sumber daya produksi.

Model seperti ini bisa menjadi strategi berkelanjutan di masa depan. Tidak hanya memperkuat posisi masing-masing, tapi juga menghadirkan liputan yang lebih lengkap, adil, dan berdampak.

Penutup

Di tengah gempuran konten cepat saji dan algoritma media sosial yang semakin tidak ramah pada jurnalisme mendalam, media lokal seperti Saromben menunjukkan bahwa mereka masih punya tempat dan peran penting. Dengan menyerap elemen naratif yang efektif dari media seperti Portal Narasi, namun tetap menjaga identitas lokal, Saromben mampu membangun kedekatan yang tulus dengan audiensnya.

 

Strategi konten yang cerdas bukan hanya soal format atau platform, tapi juga soal memahami siapa yang ingin kita ajak bicara, dan bagaimana kita bisa menyentuh sisi manusia mereka. Dalam hal ini, media lokal memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh yang lain: kedekatan dan keaslian. Sebuah modal yang, jika dikelola dengan baik, akan tetap relevan bahkan di era digital yang serba berubah ini.