Flash News
Diberdayakan oleh Blogger.
Mail Instagram Pinterest RSS
Siapa Romadhon?

Memahami Kembali Makna Multikultural


Oleh:  Virgita Niar Oriza Fitri -- 160401140107
(Mahasiswa PGSD – FIP Angkatan 2016 – Kelas C)



Universitas Kanjuruhan Malang ( UNIKAMA ) termasuk perguruan tinggi swasta yang berada di Malang Jawa Timur. Bangunan dan gedung di Unikama di dominasi warna orange. yang terletak di jalan S. Supriadi No. 48 Malang. Lokasinya sangat trategis berada di jalan yang sering di laluli oleh kendaran-kendaran yang membuat kampus ini tidak pernah sepi peminat. Lokasi ini juga sangat mudah di jangkau menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, serta memiliki lingkungan yang nyaman dan asri sehingga nyaman sebagai kegiatan belajar mengajar. Kampus yang mempunyai misi ‘Menjadi perguruan tinggi yang unggul pada tahun 2025 ini juga disebut The Multicultural University. Dimana mahasiswanya datang dari berbagai daerah, seperti; Papua, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimatan, Madura, Jawa dan lain sebagainya. Sebagai wujud kampus multikultural yang sangat menghargai akan perbedaan agama, suku, dan ras tersebut. Masyarakat (mahasiswa) Kampus Unikama sangat toleransi terhadap perbedaan yang ada disana. Unikama sangat terkenal sebagai salah satu kampus yang ada di malang yang berbasis multikultural. Hal ini merupakan anugrah dari Yang Maha Kuasa yang memperkaya keragaman di kampus tersebut. Toleransi kehidupan di kampus ini sudah berlangsung dari dulu dan sudah memiliki pondasi kultural yang sangat kuat, sehingga tidak mudah tergoyahkan. Ya, walaupun ada sedikit percekcokan antara mahasiswa luar jawa dengan mahasiswa sendiri itu karena adanya kesalahpahaman yang sangat kecil. Disamping itu juga ada yang hidup dengan damai, saling tolong menolong, dan saling menghargai. Mereka dapat berbaur dengan mahasiswa dan budaya setempat.

Menurut M. Hatta, kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa, bila tidak ada kebudayaan bangsa itu tidak akan bisa memberi ciri khas terhadap bangsa lain, karena dengan adanya kebudayaan bangsa ini bisa lebih hidup atau beragam. Sementara menurut E.B. Taylor, Bapak Antropologi budaya, mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaan-kebiasaan lain yang di peroleh anggota-anggota suatu masyarakat. Dan multikulturalisme merupakan keberagaman dari budaya yang ada di suatu Negara. Perbedaan dalam kampus adalah suatu kebanggaan sendiri bagi mahasiswanya. Itulah salah satu kalimat yang yang dapat digunakan untuk menggambarkan kebanggaan kampus multicultural.

Perbedaan kadang membawa kita ke dalam sebuah pilihan, terutama dalam kenyataan karakter personal sebagai sebuah unit terkecil dari sebuah perbedaan. Pembeda di bentuk berdasarkan penyesuaian yang hadir atas proses mahasiswa terhadap lingkungan kampusnya. Lingkungan membentuk sebuah karakter, yang secara nyata kesamaan tertentu membentuk cara dan ciri tertentu untuk sesamanya, dan menjadi pembeda untuk mereka yang menyesuaikan terhadap dunianya dengan cara yang berbeda. Perbedaan dan karakter lingkungan pun kemudian berkembang sehingga membentuk sebuah keseluruhan akan cara mengamalkan nilai dan budaya yang merupakan penyesuaian.

Di sini kita dihadapkan kepada dua pilihan akan sinergi dan konflik. Bersinergi merupakan pengamalan terhadap perbedaan membuahkan sebuah persamaan akan tujuan yang membawa pada sebuah kata ‘kekayaan’. Akan tetapi, sebaliknya, perbedaan akan menjadikan konflik ketika sesamanya dipandang sebagai ancaman yang mungkin akan menghilangkan eksistensinya, atau bahkan hanya sekedar berekspansi terhadap pilihan yang lain dan mengikrarkan diri sebagai perbedaan yang paling benar. Dengan adanya perbedaan itu kita bisa saling menghargai sesama, walaupun kita beda suku, agama, budaya dan ras tapi kita sebagai mahasiswa Unikama yang berbasis multikultural harus bisa mengayomi mereka yang berasal dari luar jawa, misalnya kita berada dalam satu kelas bersama mereka yang dari luar jawa kita sebagai penduduk dominan harus bisa mengayomi dan menghargai mereka dengan cara kita mengajak mereka berbincang-bincang, mengajak bermain yang membuat mereka merasa lebih di hargai.

Dengan cara itu sehingga kita juga mendapatkan pengetahuan baru tentang kebudayaan, kita bisa sharing saling menceritakan budaya masing-masing. Mahasiswa yang berasal dari Malang dapat mengenal budaya dari Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan lain-lain, atau juga sebaliknya. Saling membantu dalam memenuhi kebutuhan. Manfaat seperti ini tidak akan di dapatkan bila tidak ada kemauan dan keberanian dari diri kita untuk berinteraksi kepada mereka. Konsep multikulturalisme ini juga tetap masih ada kekurangannya, namun berdasarkan pada keuntungan yang didapatkan dari multikulturaisme ini maka sangat disayangkan jika kita tidak bisa memanfaatkannya dengan baik.

Menurut Parekh (1997) ada lima jenis multikulturalisme anatara lain; 1) Multikulturalisme Isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain. 2) Multikulturalisme Akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengmebangkan kebudayaan mereka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menentang kultur dominan. Multikulturalisme ini di terapkan di eropa. 3) Multikulturalisme Otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. 4) Multikulturalisme Cosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap individu tidak lagi terikat pada budaya tertentu dan sebaliknya secara bebas terlibat dalam percbaan-percobaan Interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing. 5) Multikulturalisme Kritikal atau Interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.

Warga Unikama merupakan warga  dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Oleh karena itu, kita harus bisa membiasakan hidup toleransi dan saling menghargai, karena yang kita hadapi bukan hanya orang-orang jawa tapi juga ada orang-orang dari luar jawa. Kita tidak hanya sekedar mengargai budaya mereka tapi kita juga harus menghargai budaya, adat dan bahasa mereka. Karena bahasa mereka berbeda dengan bahasa kita yang berada di Jawa. Kita juga harus bisa memahami karakter dan watak mereka. Kita tidak boleh mengambil kesimpulan sendiri dengan apa yang mereka lakukan, mungkin yang mereka lakukan itu adalah budaya yang dia bawa dari asalnya.

*Tulisan ini merupakan tugas UTS MK. PJDK dengan Dosen Pembimbing Romadhon, A.Ma.Pd., S.Pd., M.Pd

0 komentar:

Posting Komentar